News

Banjir Di Bali Cukup Deras Dan Memakan Beberapa Korban Jiwa
Banjir Di Bali Cukup Deras Dan Memakan Beberapa Korban Jiwa

Banjir Di Bali Akibat Hujan Deras Yang Mengguyur Bali Sejak Selasa (9 September 2025) Hingga Rabu Pagi Di Berbagai Wilayah. Fenomena ini terjadi di tujuh kabupaten/kota—termasuk Denpasar, Badung, Gianyar, Jembrana, Tabanan, Karangasem, dan Klungkung—dengan titik terdampak lebih dari 120 lokasi. Kecamatan Denpasar menjadi yang paling parah, dengan tercatat sekitar 81 titik banjir, sementara Gianyar, Badung, dan lainnya juga mengalami dampak serius.
Banjir ini menelan korban jiwa. Per Kamis (11 September), BNPB melaporkan 14 orang meninggal dan 2 orang hilang, sebagian besar terjadi di Denpasar. Namun, pada Jumat siang, jumlah korban tewas meningkat menjadi 18 orang, dan masih terdapat dua orang yang hilang.
Infrastruktur dan perekonomian lokal turut terpukul. Data mencatat kerusakan pada jembatan, rumah, serta 474 kios dan ruko. Jalan-jalan utama, termasuk jalan di sekitar Pasar Badung, rusak berat. Banyak arus transportasi lumpuh karena genangan parah, termasuk kendaraan terseret arus dan akses ke beberapa bandara tertutup.
Penyebab utama bencana adalah intensitas hujan ekstrem yang melampaui 150 mm per hari dalam rentang lebih dari dua hari. Fenomena ini ditimbulkan oleh aktifnya gelombang ekuatorial Rossby dan Kelvin, yang memicu pertumbuhan awan konvektif masif, sehingga menciptakan hujan deras yang tidak biasa. Curah hujan mencapai 385 mm—setara hujan selama sebulan penuh—yang memperparah dampak.
Berbagai pihak pun segera merespons bencana ini. Pemerintah daerah dan BNPB menerapkan status siaga tanggap darurat hingga 17 September 2025. Proses evakuasi di lakukan untuk 562 jiwa yang mengungsi di pos pengungsian sementara seperti sekolah, balai desa, dan musala. Bantuan logistik seperti tenda, sembako, selimut, dan pompa air di salurkan untuk mempercepat penanganan.
Banjir Besar Yang Melanda Bali Bukan Hanya Karena Hujan Deras Semata
Banjir Besar Yang Melanda Bali Bukan Hanya Karena Hujan Deras Semata, melainkan di sebabkan oleh kombinasi faktor alam dan manusia yang saling memperburuk kondisi. Menurut BMKG (Balai Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) Wilayah III Denpasar, curah hujan ekstrem yakni lebih dari 385 mm dalam 24 jam—jumlah hujan yang sama dengan hujan satu bulan penuh—terjadi di banyak titik wilayah Bali. Curah hujan ini dikategorikan lebat hingga ekstrem, terutama di Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan, Karangasem, Jembrana, dan Klungkung.
Secara atmosfer, fenomena ini di perburuk oleh aktifnya gelombang ekuatorial Rossby yang memicu pertumbuhan awan konvektif masa besar, serta adanya massa udara basah dari permukaan ke lapisan hingga sekitar 500-700 milibar yang membuat kandungan uap air di atmosfer sangat tinggi. Kondisi seperti ini memperbesar kemungkinan terjadinya hujan intens dan terus menerus.
Di sisi manusia, beberapa faktor struktural ikut memainkan peran penting dalam memperparah banjir. Pertama, drainase dan saluran air di beberapa kota, khususnya Denpasar, banyak yang tersumbat oleh sampah. Menteri Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa timbunan sampah lama menyumbat aliran drainase sehingga air hujan tidak bisa mengalir dengan lancar.
Kedua, alih fungsi lahan menjadi bangunan wisata, permukiman, dan infrastruktur jalan yang tidak memperhatikan saluran air turut memperpendek jalur resapan air dan mengurangi area hijau. Praktik pembangunan yang kurang memperhitungkan aspek lingkungan menyebabkan sungai mudah meluap dan sistem drainase kota kewalahan ketika hujan ekstrem mengguyur.
Ketiga, perencanaan infrastruktur drainase yang sempit dan kapasitas saluran air yang kurang memadai juga menjadi masalah. Beberapa ruas jalan dan drainase tidak mampu menampung debit air yang besar akibat hujan ekstrem, sehingga air meluap ke jalan dan permukiman.
Secara keseluruhan, banjir di Bali pada 9-10 September 2025 adalah dampak dari hujan ekstrem yang di dorong oleh faktor cuaca global dan atmosfer, di tambah masalah drainase, pengelolaan sampah, dan alih fungsi lahan di wilayah perkotaan.
Bencana Ini Telah Menyebabkan Korban Jiwa Mencapai 18 Orang Meninggal Dunia Dan 2 Orang Hilang
Berdasarkan data BNPB, Bencana Ini Telah Menyebabkan Korban Jiwa Mencapai 18 Orang Meninggal Dunia Dan 2 Orang Hilang. Ribuan warga terpaksa mengungsi ke pos pengungsian sementara seperti balai desa, sekolah, hingga tempat ibadah. Kehilangan tempat tinggal dan rasa trauma menjadi dampak sosial paling nyata yang dirasakan masyarakat. Anak-anak tidak bisa bersekolah sementara orang dewasa kesulitan bekerja karena terputusnya akses transportasi.
Secara ekonomi, banjir menyebabkan kerusakan infrastruktur yang parah. Jalan utama di Denpasar dan Badung rusak berat, jembatan roboh, dan 474 kios serta ruko ikut terendam atau rusak. Aktivitas ekonomi lokal, terutama sektor perdagangan, pariwisata, dan logistik, terganggu. Banyak usaha kecil kehilangan stok barang, sementara penginapan dan restoran terpaksa menutup sementara karena akses wisatawan terhambat. Hal ini memukul perekonomian Bali yang sangat bergantung pada sektor pariwisata.
Dari sisi lingkungan, banjir memperburuk kualitas air dan kebersihan kota. Limbah dan sampah terbawa arus ke permukiman, sungai, dan laut, sehingga menimbulkan potensi pencemaran dan penyakit. Warga juga menghadapi risiko kesehatan seperti diare, penyakit kulit, dan infeksi pernapasan akibat lingkungan yang tidak higienis. Selain itu, banyak area hijau dan lahan produktif terendam, yang pada jangka panjang dapat menurunkan kualitas tanah.
Transportasi dan akses juga terdampak serius. Beberapa jalan utama tidak bisa dilalui kendaraan, mengakibatkan keterlambatan distribusi logistik, termasuk bantuan darurat. Kondisi ini memperlambat proses pemulihan pascabencana dan membuat warga yang berada di lokasi terpencil semakin rentan.
Banjir ini menjadi peringatan penting bagi pemerintah dan masyarakat Bali untuk lebih memperkuat infrastruktur drainase, memperbaiki pengelolaan sampah, serta menjaga area resapan air. Dengan mitigasi yang tepat, di harapkan dampak besar seperti yang terjadi kali ini dapat di minimalkan di masa mendatang.
Bencana Ini Mendapatkan Tanggapan Cepat Dari Pemerintah Pusat Dan Daerah
Bencana Ini Mendapatkan Tanggapan Cepat Dari Pemerintah Pusat Dan Daerah. Sejumlah langkah darurat dan kebijakan telah di keluarkan untuk meredakan dampak dan membantu pemulihan wilayah terdampak.
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, langsung memberikan instruksi kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto, agar bergerak cepat menangani bencana di Bali dan Nusa Tenggara Timur. Instruksi tersebut mencakup penanganan tanggap darurat, pencarian korban, serta pemenuhan kebutuhan dasar warga yang terdampak.
Salah satu langkah resmi adalah penetapan status tanggap darurat di Provinsi Bali selama satu minggu oleh BNPB bersama pemerintah Bali. Awalnya di rencanakan untuk dua minggu, namun karena di pandang situasi mulai terkendali, durasi darurat di persingkat. Status ini memungkinkan pemerintah pusat turut serta dalam pemulihan pasca-bencana, termasuk rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur.
Untuk pemulihan cepat, BNPB juga mengalokasikan dana awal sekitar Rp 5 miliar. Dana ini di gunakan untuk keperluan mendesak seperti pengadaan pompa air, tenda pengungsi, genset, selimut, dan peralatan darurat lainnya. Selain itu, asesmen kebutuhan langsung di lapangan terus dilakukan untuk memastikan bantuan tersalurkan sesuai prioritas.
Kementerian Pekerjaan Umum juga di libatkan. Mereka memobilisasi alat berat untuk melakukan pembersihan saluran air dan sampah, terutama di sungai dan drainase yang tersumbat. Langkah ini di ambil terutama di Denpasar dan Badung untuk mencegah genangan lebih lanjut.
DPR RI pun memberi pernyataan resmi. Ketua DPR, Puan Maharani, meminta pemerintah pusat dan daerah agar segera memenuhi kebutuhan warga terdampak sejak hari pertama setelah bencana—mulai dari makanan, tempat tinggal sementara, hingga layanan kesehatan.
Pemprov Bali dan BNPB juga mengadakan rapat koordinasi (rakor) pengendalian bencana, melibatkan berbagai pihak seperti gubernur Bali, Pangdam IX/Udayana, dan Bupati/Walikota daerah terdampak. Fokus pertemuan termasuk evakuasi, identifikasi titik-titik kerusakan, dan pemetaan daerah rawan banjir untuk langkah mitigasi selanjutnya Banjir Di Bali.