
Penembakan Di Bangkok, Tragedi Di Tengah Ketegangan Thailand Kamboja Pada 28 Juli 2025, Terjadi Mass Shooting Di Pasar Or Tor Kor. Kawasan Chand Sue, Bangkok. Sekira pukul 12:31 WIB lokasi pasar produk pertanian di ramaikan pengunjung, seorang pria. Yang di identifikasi sebagai mantan petugas keamanan pasar melepaskan tembakan hingga menewaskan lima orang, yakni empat petugas keamanan dan satu pedagang wanita. Dua orang lainnya mengalami luka dan di rawat rumah sakit. Pelaku di temukan tewas karena bunuh diri di tempat kejadian setelah melancarkan aksinya.
Polisi Bangkok menyatakan insiden ini bukan serangan teror, melainkan di picu oleh konflik pribadi yang sudah berlangsung sejak 2019 atau 2020. Pelaku di sebut memiliki dendam terhadap salah satu petugas keamanan yang di anggap pernah menggores mobilnya. Video dari CCTV memperlihatkan pelaku mengenakan kaus hitam, topi, celana camo. Dan membawa tas ransel saat berjalan tenang melalui area parkir sebelum masuk ke pasar.
Penembakan ini memicu kekhawatiran publik dan media karena Thailand merupakan negara dengan tingkat kepemilikan senjata pribadi cukup tinggi di Asia Tenggara. Insiden ini menambah deret kasus kekerasan bersenjata di Thailand dalam beberapa tahun terakhir. Termasuk Penembakan massal di mal Bangkok 2023 dan penyerangan tentara pada tahun 2020 di Nakhon Ratchasima.
Pada saat yang sama, konflik bersenjata meningkat di perbatasan antara Thailand dan Kamboja. Militer Thailand di laporkan menerjunkan jet tempur F‑16 dan artileri, sementara Kamboja menembakkan roket ke wilayah Thailand. Pertikaian yang telah menyebabkan puluhan korban sipil, ribuan pengungsi, dan kerusakan infrastruktur.
Sementara polisi belum menemukan motif politik dalam kejadian di pasar, mereka tetap menyelidiki apakah pelaku memiliki hubungan atau inspirasi dari ketegangan perbatasan. Pemerintah Thailand telah mengeluarkan peringatan keamanan dan memperketat pengawasan di ruang publik.
Insiden Penembakan Massal Yang Mengguncang Pasar Or Tor Kor Di Bangkok
Bangkok & Phnom Penh, 29 Juli 2025 Insiden Penembakan Massal Yang Mengguncang Pasar Or Tor Kor Di Bangkok, Thailand, serta meningkatnya ketegangan militer di perbatasan Thailand–Kamboja, menimbulkan kekhawatiran luas tentang stabilitas keamanan regional. Kedua peristiwa, meskipun berbeda konteks, terjadi hampir bersamaan dan menyisakan pertanyaan besar mengenai penyebabnya.
Di Thailand, penembakan yang menewaskan lima orang dan melukai dua lainnya di pasar Or Tor Kor pada 28 Juli lalu di lakukan oleh mantan petugas keamanan pasar. Berdasarkan keterangan Kepolisian Bangkok, pelaku di duga memiliki dendam pribadi terhadap sejumlah korban, terkait insiden kecil yang terjadi beberapa tahun lalu, seperti perselisihan tentang kendaraan. Pelaku juga di sebut mengalami tekanan mental yang tidak tertangani. Meskipun motif politik belum di temukan, peristiwa ini mencerminkan bagaimana konflik personal dapat berubah menjadi tragedi besar di tengah lemahnya pengawasan psikologis terhadap personel keamanan sipil.
Sementara itu, ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan Thailand dan Kamboja. Konflik bersenjata di picu oleh saling klaim wilayah dekat Provinsi Sisaket, Thailand, dan Provinsi Preah Vihear, Kamboja. Kedua negara saling menuduh telah melanggar batas wilayah militer yang telah di sepakati sebelumnya. Menurut laporan militer, pasukan Kamboja melepaskan tembakan artileri terlebih dahulu ke arah pos penjagaan Thailand, memicu respons udara Thailand dengan pengerahan enam jet tempur F-16 dan tembakan balik dari meriam lapangan. Setidaknya 9 warga sipil di laporkan tewas, puluhan terluka, dan ratusan lainnya di evakuasi dari wilayah konflik.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Chulalongkorn menilai, konflik ini di picu oleh kombinasi lama: perebutan wilayah historis, sentimen nasionalisme. Dan dinamika politik domestik yang tidak stabil, terutama setelah perubahan kepemimpinan di kedua negara.
Pemerintah Thailand dan Kamboja kini berada dalam tekanan untuk menurunkan eskalasi. ASEAN di minta turun tangan agar ketegangan tidak meluas menjadi konflik regional. Sementara itu, masyarakat sipil menjadi korban nyata dalam konflik yang akar penyebabnya berlapis: personal, historis, dan politik.
Tidak Hanya Menyebabkan Korban Jiwa, Tetapi Juga Menimbulkan Dampak Luas Di Berbagai Sektor
Insiden penembakan massal di Bangkok serta meningkatnya konflik bersenjata di perbatasan Thailand–Kamboja Tidak Hanya Menyebabkan Korban Jiwa, Tetapi Juga Menimbulkan Dampak Luas Di Berbagai Sektor, baik secara sosial, ekonomi, maupun politik. Dua kejadian ini menunjukkan bahwa kekerasan, baik yang di picu motif personal maupun konflik antarnegara, dapat menimbulkan gelombang krisis berkepanjangan.
Di sisi sosial, masyarakat Thailand kini mengalami peningkatan rasa cemas dan tidak aman, khususnya mereka yang tinggal di wilayah urban padat seperti Bangkok. Penembakan di pasar Or Tor Kor yang biasanya ramai di kunjungi, menyebabkan kekhawatiran meluas terkait lemahnya pengawasan keamanan di ruang publik. Banyak warga menghindari pasar besar atau keramaian, yang berdampak langsung terhadap sektor usaha kecil dan menengah.
Sementara itu, konflik perbatasan Thailand–Kamboja telah memicu gelombang pengungsian warga dari desa-desa di wilayah Preah Vihear dan Sisaket. Menurut laporan kemanusiaan, lebih dari 2.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena takut serangan lanjutan. Mereka kini hidup dalam kondisi minim fasilitas, yang berpotensi menimbulkan krisis kemanusiaan baru.
Secara ekonomi, ketegangan ini telah memicu kekhawatiran di pasar ASEAN. Nilai mata uang baht Thailand sempat melemah terhadap dolar AS karena investor asing mulai menarik asetnya akibat risiko geopolitik. Sektor pariwisata, yang merupakan tulang punggung ekonomi Thailand dan Kamboja, juga mengalami penurunan kunjungan wisatawan. Banyak agen perjalanan membatalkan paket wisata ke lokasi-lokasi yang berdekatan dengan area konflik.
Dampak politik pun tak kalah besar. Pemerintah Thailand kini berada di bawah tekanan oposisi untuk mengevaluasi sistem keamanan dalam negeri, sementara Kamboja menghadapi tekanan internasional agar menahan diri dan kembali ke meja dialog.
Jika konflik ini tidak segera di redakan, bukan tidak mungkin ASEAN akan menghadapi tantangan diplomatik besar yang dapat mengganggu stabilitas kawasan secara menyeluruh.
Respon Publik Terhadap Dua Peristiwa Besar Yang Mengguncang Thailand Dan Kamboja
Respon Publik Terhadap Dua Peristiwa Besar Yang Mengguncang Thailand Dan Kamboja—yakni insiden penembakan massal di Bangkok serta bentrokan bersenjata di wilayah perbatasan. Menunjukkan beragam reaksi, mulai dari kemarahan, ketakutan, hingga tuntutan serius terhadap pemerintah.
Di Thailand, warga mengecam keras lemahnya sistem pengamanan di tempat-tempat umum. Media sosial dipenuhi komentar warga yang menuntut perbaikan sistem kontrol senjata dan peningkatan patroli aparat. Tagar seperti #PrayForBangkok dan #KeamananUtama sempat menjadi trending, mencerminkan kegelisahan masyarakat terhadap rentannya keselamatan sipil. Banyak masyarakat juga meminta pertanggungjawaban dari lembaga penegak hukum yang dinilai gagal mencegah tragedi ini. Terlebih pelaku penembakan diketahui memiliki riwayat gangguan emosional yang tak terdeteksi sebelumnya.
Sementara itu, konflik militer di perbatasan dengan Kamboja menimbulkan sentimen nasionalis di kedua negara. Di Thailand, sebagian warga mendukung langkah militer mempertahankan kedaulatan. Namun banyak pula yang khawatir konflik berkepanjangan akan berdampak pada keluarga mereka yang tinggal dekat garis batas. Di Kamboja, warga memprotes meningkatnya ketegangan yang dianggap sebagai ancaman terhadap stabilitas desa-desa perbatasan dan menuntut pemerintah untuk menempuh jalur damai.
Organisasi masyarakat sipil di kedua negara menyerukan penghentian kekerasan dan mendorong dialog bilateral. Lembaga HAM juga turut bersuara, mengecam penggunaan senjata berat yang berpotensi membahayakan warga sipil.
Secara umum, opini publik menyerukan dua hal utama: perlindungan rakyat dan penyelesaian konflik secara damai. Warga berharap pemerintah Thailand dan Kamboja mampu mengesampingkan ego politik dan mengedepankan diplomasi. Demi menghindari jatuhnya korban lebih banyak dan menjaga kedamaian kawasan Asia Tenggara. Itulah tadi beberapa ulasan mengenai konflik Penembakan.